BacaJuga: Ayat-Ayat Hafalan Alkitab tentang Kebaikan Tuhan. 1. Awal mula pernikahan. "Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu
BIS(1985) ©. SABDAweb Mzm 8:4 (8-5) apakah manusia itu, sehingga Kauingat dia, siapakah dia, sehingga Kaupelihara? 1
Maribagikan artikel iniJika kutipan dari Kisah merupakan satu-satunya referensi di Alkitab yang membahas tentang karunia bahasa roh, maka tidak akan ba-nyak dasar untuk terjadi perdebatan dan juga tidak akan banyak alasan bagi para ahli glossolalia untuk berbicara dengan bunyi yang tidak dimengerti. Itu berarti bahwa praktek yang mereka tunjukkan sekarang ini sudah jelas tidak []
Possebelumnya Ayat Alkitab Tentang Puasa. Jangan Lewatkan. Ayat Alkitab Tentang Puasa Namun, kita diberitahu dalam tulisan suci ayat alkitab untuk. Ayat Alkitab yang Memotivasi 28 Juli 2022. Banyak sekali Ayat Alkitab yang memotivasi kita untuk hidup sebaik-baiknya sebagai manusia. Salah satu ayat yang bukan hanya inspirasional tetapi
JAKARTA Komnas HAM menyampaikan laporan tiga bulan Pelapor Khusus Kebebasan Beragama atau Berkeyakinan (KBB).. Laporan tersebut bersumber dari data-data pengaduan dugaan pelanggaran atas KBB yang diterima Komnas HAM selama April-Juni 2016.
Yukcari tahu jawabannya lewat 17 ayat Alkitab tentang kasih ini. 1. Kasih Agape. Kasih agape menggambarkan tentang hubungan antara Tuhan dengan manusia. Kasih ini mengungkapkan tentang kasih Tuhan atas kita. Kasih ini diberikan dengan sengaja, konsisten dan transparan.
BertukarPikiran mengenai Ayat-Ayat Alkitab adalah judul dari sebuah buku panduan bagi Saksi-Saksi Yehuwa yang dirancang topik per topik. Buku ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Reasoning from the Scriptures pada tahun 1985, dan 1989 . Di Indonesia buku ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia pada tahun , 2003 dengan tebal 446 halaman dan merujuk ke
Katakanlah "Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya." Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: " Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir," (QS. Al-Baqarah : 219) [136].
xPIUW. Pandangan Alkitab Apakah Allah Menyetujui Perdagangan Budak? TUBUH-TUBUH hitam berkeringat terbungkuk-bungkuk meniti tangga kapal dengan susah payah sambil memanggul karung-karung kapas yang sangat berat. Mandor-mandor yang kejam, yang menggunakan cambuk kulit binatang, memaksa mereka bekerja. Anak-anak yang menjerit-jerit dirampas dari tangan-tangan para ibu yang menangis dan dijual ke penawar tertinggi di pelelangan. Umumnya, inilah gambaran yang menyedihkan dan brutal yang ada dalam benak orang-orang sewaktu memikirkan perbudakan. Ironisnya, konon banyak pedagang dan pemilik budak adalah orang-orang yang sangat religius. Sejarawan James Walvin menulis, ”Terdapat ratusan orang seperti itu, orang Eropa dan Amerika, yang memuji Tuhan atas berkat-berkat-Nya, mengucap syukur atas bisnis yang menguntungkan dan aman di Afrika seraya mereka mengarungi lautan dengan kapal-kapal budak mereka ke Benua Baru.” Bahkan, ada orang-orang yang menyatakan bahwa Allah menyetujui perdagangan budak. Misalnya, dalam sebuah pidato di Konferensi Paripurna Gereja Protestan Metodis pada tahun 1842, Alexander McCaine menyatakan bahwa praktek perbudakan ”ditetapkan oleh Allah Sendiri”. Apakah McCaine benar? Apakah Allah menyetujui penculikan dan pemerkosaan anak-anak perempuan, pengambilan secara paksa anggota-anggota keluarga tanpa belas kasihan, dan penderaan kejam yang merupakan hal yang lazim dalam perdagangan budak pada zaman McCaine? Dan, bagaimana dengan jutaan orang yang dipaksa untuk hidup dan bekerja sebagai budak di bawah keadaan yang brutal dewasa ini? Apakah Allah memperbolehkan perlakuan yang tak berperikemanusiaan demikian? Perbudakan dan Orang Israel Alkitab menyatakan bahwa ”manusia menguasai manusia sehingga ia celaka”. Pengkhotbah 89 Hal itu barangkali paling jelas tampak dalam bentuk perbudakan yang menindas yang dirancang manusia. Allah Yehuwa tidak menutup mata terhadap penderitaan akibat perbudakan ini. Misalnya, perhatikan sebuah situasi yang terjadi pada orang Israel. Alkitab mengatakan bahwa orang-orang Mesir ”terus membuat kehidupan orang Israel pahit dengan pekerjaan yang sangat berat, yaitu membuat adukan tanah liat dan batu-batu bata, dan dengan setiap bentuk pekerjaan yang berat di ladang, ya, dalam setiap bentuk pekerjaan yang berat, orang Israel digunakan sebagai budak seraya diperlakukan dengan lalim”. Orang-orang Israel ”terus berkeluh kesah oleh karena perbudakan dan berteriak mengeluh, dan seruan mereka minta tolong terus naik kepada Allah yang benar”. Apakah Yehuwa tidak memedulikan kesengsaraan mereka? Sebaliknya, ”Allah mendengar erangan mereka dan Allah mengingat perjanjiannya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub”. Selain itu, Yehuwa berkata kepada umat-Nya, ”Aku pasti akan membawa kamu keluar dari tekanan orang Mesir dan melepaskan kamu dari perbudakan mereka.”—Keluaran 114; 223, 24; 66-8. Jelaslah, Yehuwa tidak menyetujui ”manusia menguasai manusia” melalui perbudakan yang sewenang-wenang. Namun, bukankah Allah belakangan memperbolehkan perbudakan di kalangan umat-Nya? Ya, benar. Akan tetapi, perbudakan yang ada di Israel sangat jauh berbeda dengan bentuk perbudakan lalim yang telah terjadi sepanjang sejarah. Hukum Allah menyatakan bahwa orang yang melakukan penculikan dan penjualan manusia harus dihukum mati. Selain itu, Yehuwa menyediakan pedoman untuk melindungi budak. Misalnya, seorang budak yang sebuah anggota tubuhnya dirusak oleh majikannya akan diperbolehkan pergi dengan bebas. Jika seorang budak mati karena dipukuli majikannya, majikannya dapat dihukum mati. Tawanan wanita dapat dijadikan budak, atau istri. Namun, mereka tidak boleh digunakan sekadar sebagai pemuasan seksual. Intisari Hukum pastilah membuat orang-orang Israel yang berhati benar memperlakukan budak dengan respek dan kebaikan, seolah-olah mereka adalah pegawai upahan.—Keluaran 2010; 2112, 16, 26, 27; Imamat 2210, 11; Ulangan 2110-14. Ada orang-orang Yahudi zaman dahulu yang sengaja menjadi budak bagi sesama orang Yahudi untuk melunasi utang. Praktek ini melindungi orang-orang dari kelaparan dan sesungguhnya memungkinkan banyak orang untuk pulih dari kemiskinan. Selain itu, pada hari-hari penting tertentu di kalender Yahudi, budak-budak bisa bebas kalau mereka Keluaran 212; Imamat 2510; Ulangan 1512 Mengomentari hukum-hukum mengenai budak ini, cendekiawan Yahudi Moses Mielziner menyatakan bahwa seorang ”budak selalu diperlakukan sebagai manusia, ia dianggap sebagai seorang pribadi yang memiliki hak-hak asasi tertentu, yang tidak bisa diganggu-gugat bahkan oleh majikannya”. Betapa mencolok perbedaannya dengan sistem perbudakan sewenang-wenang yang menodai catatan sejarah! Perbudakan dan Orang Kristen Perbudakan merupakan bagian sistem ekonomi Imperium Romawi, pemerintahan yang berkuasa pada masa orang-orang Kristen abad pertama. Oleh karena itu, ada orang-orang Kristen yang menjadi budak, dan ada pula yang mempunyai budak. 1 Korintus 721, 22 Namun, apakah ini berarti bahwa murid-murid Yesus adalah para pemilik budak yang kejam? Sama sekali tidak! Tidak soal apa yang diperbolehkan undang-undang Romawi, kita dapat yakin bahwa orang-orang Kristen tidak menyiksa orang-orang yang berada di bawah wewenangnya. Rasul Paulus bahkan menganjurkan Filemon untuk memperlakukan budaknya, Onesimus, yang telah menjadi seorang Kristen, sebagai ”saudara”.b—Filemon 10-17. Alkitab tidak memberikan petunjuk bahwa perbudakan manusia oleh manusia lain merupakan bagian maksud-tujuan Allah yang semula bagi umat manusia. Selain itu, tidak ada nubuat Alkitab yang menyinggung tentang manusia memiliki manusia lain melalui perbudakan dalam dunia baru Allah. Sebaliknya, di Firdaus yang akan datang, orang-orang yang adil-benar ”akan duduk, masing-masing di bawah tanaman anggurnya dan di bawah pohon aranya, dan tidak akan ada orang yang membuat mereka gemetar”.—Mikha 44. Jelaslah, Alkitab tidak menyetujui perlakuan yang sewenang-wenang terhadap orang lain dalam bentuk apa pun. Sebaliknya, Alkitab menganjurkan respek dan persamaan derajat di antara manusia. Kisah 1034, 35 Alkitab menasihati manusia untuk memperlakukan orang lain dengan cara mereka ingin diperlakukan oleh orang lain. Lukas 631 Selain itu, Alkitab menganjurkan agar orang-orang Kristen dengan rendah hati memandang orang lain lebih tinggi, tidak soal status sosial mereka. Filipi 23 Prinsip-prinsip ini sama sekali bertentangan dengan bentuk perbudakan yang sewenang-wenang yang dipraktekkan oleh banyak bangsa, khususnya di abad-abad terakhir ini. [Catatan Kaki] a Fakta bahwa seorang budak boleh tetap bekerja pada majikannya jelas-jelas menunjukkan bahwa perbudakan orang Israel tidak sewenang-wenang. b Demikian pula, ada orang-orang Kristen dewasa ini yang menjadi majikan; yang lain menjadi karyawan. Sebagaimana seorang majikan Kristen tidak akan menganiaya orang-orang yang bekerja padanya, murid-murid Yesus pada abad pertama pastilah memperlakukan hamba-hambanya menurut prinsip-prinsip Kristen.—Matius 712.
Ayat wacana 1 Petrus 118-19 ======================== “Sebab engkau tahu, bahwa ia telah ditebus berpunca prinsip hidupmu yang mansukh nan kamu warisi bermula nenek moyangmu itu enggak dengan barang yang fana, enggak pula dengan selaka maupun emas, melainkan dengan pembawaan yang mahal, yaitu pembawaan Kristus yang sama seperti talenta anak kambing arab yang lain bernoda dan tak bercacat.” Human trafficking maupun perbisnisan manusia merupakan ki kesulitan global yang masih cukup langka cak bagi diatasi. Data perangkaan perdagangan manusia cukup memprihatinkan. Kendati data sebenarnya sulit untuk diperoleh, namun diperkirakan setiap tahunnya sekitar – wanita dan momongan-anak asuh menjadi korbannya diseluruh dunia. Dari jumlah diatas, mangsa di Asia mencapai kuantitas terbanyak yakni sekitar 375 ribu, dimana diantaranya berpangkal dari Asia Tenggara. Indonesia merupakan penderma terbesar di Asia Tenggara. Tekanan ekonomi nan berkepanjangan, kesulitan semangat nan membuat banyak anak bini berantakan, rendahnya tingkat pendidikan sehingga mudah terbuai elus rayu dan tertipu menjadi alasan utama mengapa kasus perdagangan cucu adam banyak terjadi di Indonesia. Di sisi lain, tingginya permintaan di sejumlah negara, lazimnya aplikasi untuk dijadikan target seksual takhlik banyak makhluk jahat yang melihatnya sebagai sebuah kemungkinan usaha. Tidak heran begitu banyak wanita dan anak-momongan dibawah nyawa yang tertipu dengan iming-iming kerja di luar negeri, kemudian mengalami pelecehan seksual dan dijadikan budak seks. Ini plonco wicara soal pengelabuan. Di daerah tingkat kelahiran saya, selingkung periode 1998, suka-suka seorang ibu pemilik kedai minum yang rela menjual keperawanan anaknya nan masih dibawah umur. Sira “melelang” anaknya cak bagi ditawar sepanjang sepekan, ijab tertinggi akan mendapatkan keperawanan si anak. Risikonya seorang maskulin renta memenangkan usulan itu dengan “ganti rugi” cuma 1 juta rupiah. Alangkah keterlaluan. Ketika banyak ibu bapak nan rela menjual anaknya baik dengan iming-iming kerja di luar negeri maupun terang-terangan seperti mana si ibu pemilik warung diatas, saya jadi berpikir, berapa sih sebenarnya harga koteng sosok? apakah harga hamba allah itu hanya sesuatu yang nisbi dan dapat dinilai dengan segepok uang saja? Apa yang mendasari penetapan harga manusia? Rasanya keterlaluan ketika orang merasa berhak buat memperniagakan cucu adam, karena cucu adam bukan diciptakan oleh anak adam, tapi oleh Sang pencipta. Di indra penglihatan Tuhan, manusia n kepunyaan nilai sangat panjang. Ayat referensi tahun ini menggambarkan bahwa kita semua begitu berarti di mataNya. Kita enggak ditebus dengan barang fana, harta gana atau benda-benda nan sifatnya sementara, tapi makanya darah Kristus, yang enggak bernoda dan bercacat. Segala dosa kita dan Bukankah ini sesuatu yang luar biasa, bukti maujud bahwa kita lalu berharga di mata Tuhan? Kita semua dilukis pada telapak tanganNya, dan tunak cak semau internal ruang mataNya Yesaya 4916. Allah sejenis itu mengasihi kita, maka Dia mengorbankan anakNya nan tunggal bakal menanam kita Yohanes 316, merancang masa depan penuh harapan internal damai sejahtera untuk kita semua Yeremia 2911, dan menyediakan kita semua hingga berkelimpahan Matius 1312. Ini semua fakta bahwa kita bernilai lampau strata, sangat istimewa, adv amat penting di mata Tuhan. Sebab di dalam Dia dan makanya darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya Efesus 17. Kita memperoleh pengampunan dosa dan keselamatan makanya pembawaan Kristus sendiri. Bukan hanya ditebus, tapi tambahan pula kita dibenarkan oleh darahNya,dan akibatnya kita diselamatkan berasal marah Allah. Roma 59. Inilah harga sosok di mata penciptanya. Tetapi orang yang tidak menghargai ciptaan Tuhan-lah yang tega menjual manusia. Karena kita semua telah dibayar lunas langsung dengan darah Kristus di atas kayu salib,kita bukan boleh kembali menjadi hamba sosok. 1 Korintus 620. Kita semua harus menjaga diri kita baik-baik, hidup mumbung kekudusan, tidak karena kita n kepunyaan sejumlah harga di mata sosok, tapi karena kita bukan main berjasa di mata Tuhan. Hargailah diri seorang dan sesama, karena kita semua sangat bernilai bakal Almalik, Pencipta kita
Oleh Paul Budi Kleden, SVDTinggal di Roma, ItaliaRERUNTUHAN sebuah bangunan di sebuah kampung di wilayah Krangka, Brong Afaho, Ghana bagian tengah, menjadi tempat yang sering dikunjungi penduduk asli. Tempatnya agak jauh dari wilayah pemukiman warga. Yang terlihat di reruntuhan itu adalah fondasi bangunan, di beberapa tempat masih ada dinding tembok setinggi kurang dari satu meter. Pada bagian depan dari rerutuhan itu dapat dibaca alasan kenapa reruntuhan itu dikunjungi penduduk asli. Itu adalah bekas tempat penampungan para leluhur mereka yang ditangkap dari wilayah utara dan tengah Ghana, sebelum mereka dibawa ke Cape Cost, pelabuhan di Afrika Barat yang memberangkatkan kapal membawa para budak Afrika untuk dijual di Eropa dan Amerika. Perbudakan memang merupakan sejarah kelam Afrika. Sudah sejak zaman Romawi para budak dari Afrika menjadi obyek perdagangan yang luas di Eropa. Mereka digunakan untuk macam-macam pekerjaan dan kesenangan. "Peradaban" Eropa dibangun di atas punggung ketidakberadaban perlakuan terhadap para budak. Sejarah perbudakan tidak hanya mencatat penjualan manusia dari Afrika ke Eropa dan Amerika. Juga kebudayaan-kebudayaan Asia dan di Afrika sendiri dikenal perbudakan. Para tawanan perang dijadikan budak yang dipekerjakan sendiri atau dijual kepada pihak lain. Setelah rute pelayaran dari Eropa ke Amerika Selatan dirintis oleh Columbus, pasar perdagangan para budak di Eropa pun mulai diramaikan dengan kehadiran para budak dari Amerika Selatan. Kuatnya perbudakan di Eropa dan Amerika turut disebabkan oleh sikap gereja terhadap perbudakan. Kitab Suci tidak menyatakan larangan terhadap perbudakan. Tradisi Yahudi mengenal pembebasan para budak setelah memiliki mereka selama beberapa tahun. Perjanjian Baru melihat relasi kepatuhan para budak terhadap tuannya sebagai model kepatuhan yang mesti dimiliki orang-orang beriman terhadap Tuhan mereka. Ada pujian bagi tuan yang membebaskan budaknya dan anjuran untuk memperlakukan budak yang dibebaskan sebagai tidak dikatakan secara tegas kewajiban moral untuk tidak melakukan perbudakan. Para teolog seperti Santo Agustinus dan Santo Thomas dari Aquinas tidak menolak perbudakan, hanya menyarankan perlakuan yang baik terhadap mereka. Yang ditentang adalah perbudakan terhadap orang-orang yang sudah dibaptis menjadi Kristen. Sejalan dengan itu, para paus umumnya mempunyai sikap mendukung perbudakan. Pada tahun 1452 Paus Nikolaus V memberikan restu kepada raja Portugal untuk memperbudak seumur hidup orang-orang di wilayah jajahan mereka, yang waktu itu menguasai Afrika. Restu yang sama kemudian diberikan Paus Aleksander VI pada tahun 1493 kepada raja Spanyol. Yang dilarang adalah penjualan budak Kristen kepada orang-orang bukan Kristen. Sampai abad ke-16, memang selalu ada suara kristis terhadap perbudakan, namun tidak cukup kuat. Perlawanan menjadi semakin kuat dengan kelahiran humanisme di Eropa. Serangan terhadap Portugal dan Spanyol menjadi semakin keras. Di Amerika para misionaris, seperti Las Casas, sering terlibat konflik dengan para penguasa karena masalah perbudakan. Kongres Wina pada tahun 1815 membuat kecaman dan menuntut pembatasan perbudakan. Sejak itu, suara dari pimpinan tertinggi Gereja Katolik pun semakin sering terdengar menuntut perubahan sikap terhadap perbudakan. Pada tahun 1839 Paus Gregorius XVI mengeluarkan pernyataan mengecam perbudakan sebagai perdagangan yang sangat tidak manusiawi. Konsili Vatikan II dalam konstitusi Pastoral Gaudium et Spes menyebut perbudakan sebagai kriminalitas yang melawan keluhuran martabat manusia dan menghina Tuhan, sang pencipta. Dewasa ini, kendati secara formal dan legal perbudakan sudah dihapuskan, namun praktik perbudakan masih terjadi. Bentuk aktual dari perbudakan adalah perdagangan orang human trafficking. Menurut Protokol PBB tahun 2000 tentang perdagangan manusia, yang dimaksudkan dengan perdagangan manusia adalah rektrutment, transport, pemberangkatan dan penerimaan orang-orang secara paksa atau dengan tipu daya untuk dieksploitasi, baik untuk sebagai pekerja seks, untuk berbagai macam kerja paksa atau untuk pengambilan organ tubuh tertentu. Berdasarkan catatan yang disampaikan Caritas Internationalis, dewasa ini di seluruh dunia sekitar 35, 6 juta manusia menjadi korban perdagangan manusia. Dan, kejahatan ini adalah jenis perdagangan ilegal terbesar ketiga setelah perdagangan senjata dan narkoba. Seperti halnya perdagangan senjata dan narkoba, perdagangan manusia pun melibatkan jaringan yang sangat kuat dan luas. Sebab itu, untuk melawan jaringan ini diperlukan kerja sama yang kuat dan luas. Salah satu usaha untuk menggalang kerja sama yang kuat dan luas itu adalah tekad bersama para pemuka agama sedunia untuk melawan perbudakan modern. Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 2 Desember 2014, pada hari yang diperingati sebagai Hari Kenangan Penghapusan Perbudakan. Pernyataan yang ditandatangani antara lain oleh Paus Fransiskus, wakil dari Mohamed Ahmed El-Tayeb, imam besar masjid Al-Azhar, Justin Welby, Uskup Agung Canterbury, dan Mata Amritanandamayi Amma, tokoh Hindu dari India, mengecam perdagangan manusia untuk prostitusi, kerja paksa dan penjualan organ sebagai kriminalitas melawan kemanusiaan. Sebab itu, kedua belas pemuka dari berbagai agama dunia tersebut menuntut agar selambat-lambatnya sampai pada tahun 2020 perdagangan manusia sudah tidak lagi dipraktikkan. Langkah-langkah seperti menuntut pemerintah negara-negara untuk merumuskan hukum yang melarang perdagangan manusia dan menghukum para pelaku dan jaringannya, bantuan bagi para korban perdagangan manusia serta mendukung usah untuk menciptakan perekonomian yang berkeadilan akan mereka ambil atau saja melawan perdagangan manusia dewasa ini tidak lebih mudah daripada usaha menghapus praktik perbudakan pada zaman dulu. Karena, dulu, perdagangan manusia adalah kegiatan yang dilakukan secara terbuka, sebab dilindungi oleh peraturan perundangan. Objek yang dilawan waktu itu terlihat jelas bagi semua. Dewasa ini, perdagangan manusia harus dilakukan secara tersembunyi karena secara legal kegiatan ini dilarang. Paus Fransiskus mengatakan, perdagangan manusia dewasa ini "terjadi di belakang pintu, di dalam rumah-rumah pribadi, di jalan, di mobil, di perusahaan-perusahaan, di lahan-lahan pertanian, di atas kapal-kapal penangkap ikan dan banyak tempat lain". Karena dilarang dan harus dilakukan secara tersembunyi, dia hanya bisa diteruskan kalau mendapat dukungan dari pihak-pihak yang kuat, baik secara modal, politis dan keamanan. Uskup Agung Canterbury, Justin Welby, menegaskan, perlunya menyadarkan umat masing-masing agama tentang persoalan perdagangan manusia. Tentu saja, melawan perdagangan manusia tidak berarti melawan kebebasan manusia untuk berpindah tempat hidup dan kerja. Dorongan untuk mencari kehidupan yang lebih aman dan sejahtera umumnya menjadi dorongan bagi banyak orang untuk keluar dari wilayahnya. Kebebasan untuk itu harus dijamin. Yang menjadi soal adalah ketika orang dipaksa untuk keluar dari tanah leluhurnya, atau diperdayai dengan berbagai imingan. Akhir-akhir ini wilayah NTT mendapat sorotan karena masalah perdagangan manusia. NTT disebut sebagai salah satu sumber terbesar para korban kejahatan kemanusiaan ini. Jika ini benar, maka hal ini tidak mungkin berlangsung karena didukung oleh sejumlah pihak yang kuat. Laporan Brigadir Rudy Soik menunjuk ke arah itu. Namun, sangat boleh jadi bukan hanya sejumlah petinggi di Polda NTT menjadi pelindung aktivitas perdagangan manusia NTT. Dengan sangat beralasan dapat jadi bahwa jaringannya jauh lebih luas, bukan hanya di kepolisian tetapi juga instansi lain, bukan cuma di Kupang tetapi juga di Jakarta. Melawan praktik perdagangan manusia di NTT, sejatinya pada pemimpin agama berani mengambil langkah bersama, seperti yang dilakukan di Roma oleh Paus Fransiskus dan sejumlah pemimpin agama dunia. Mengangkat suara mengecam perdagangan manusia, mengunjungi para korban perdagangan manusia, mencari jalan penyadaran umat dan menggalakkan kampanye menentang perdagangan manusia adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan para pemuka agama di NTT. Tantangan yang dihadapi para pemuka agama ketika melibatkan diri dalam masalah ini tidak jauh berbeda dengan yang dialami para pemimpin agama pada zaman kolonialisme Portugal dan Spanyol. Kedekatan dengan penguasa dan para pedagang melumpuhkan daya pikir kritis dan meredam keberanian untuk mengambil sikap melawan. Namun, ketika persoalan semakin mendesak dan kesadaran umum kian meluas, kejelasan sikap dan ketegasan langkah konkret melawan perdagangan manusia akan menjadi salah satu elemen yang menentukan kredibilitas para pemuka agama di NTT. *